NEMATODA
(CACING GELANG/GILIK)
I. Tinjauan Pustaka(CACING GELANG/GILIK)
Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar. Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi. Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate. (anonimus, 2008).
Nematoda merupakan anggota dari filum nemathelminthes. Mereka mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung di bawahnya, hipodermis. (Levine, 1977).
Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut. Tubuhnya ditutupi oleh selapis kutikula yang tidak berwarna dan hampir transparan. Kutikula dihasilkan oleh hipodermis yang berada dibawahnya. (Yudha, 2009).
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak didalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti. (gandahusada,1998).
Model pengendalian siklus infeksi toxocariasis pedet dapat dilakukan dengan minyak atsiri rimpang temuireng (Curcuma aeruginosa RoxB). Peluang penularan trypanosomiasis dapat terjadi jika terdapat reservoir, yaitu sapi yang terinfeksi. Mekanisme penularan dipengaruhi oleh kemampuan terbang vektor, kemampuan menyebar, serta daya tahan hidup T.evansi pada vektor. "Lama hidup pada habitat probosis vektor maksimal 4 jam. Sedangkan pada habitat fore gut maksimal 9 jam (Setiawan Koesdarto, 2007).
A. Taksonomi
Taksonomi dari cacing namatoda adalah:
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylorida, rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,
dorylaimorida, dioctophymatorida
Famili : Trichostrongylidae,rhabditidae, cephalobidae, strongyloididae,
ancylostomatidae, strongylidae, syngamidae, metastrongilidae,
ascarididae,
filariidae, dll
Genus : Trichostrongylus, strongyloides, ancylostoma, necator, strongylus,
haemonchus,dipetalonema, dirofilaria, dll
Spesies: Trichostrongylus axei, Strongyloides papillosus, Ancylostoma caninum,
Necator americanus, Strongylus equinus, Haemonchus contortus,
Dipetalonema reconditum, Dirofilaria immitis, dll
B. Morfologi
§ Bentuk tubuhnya bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior, tidak bersegmen dan meruncing pada kedua ujungnya.
§ Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang dihasilkan langsung oleh hipodermis yang berada dibawahnya.
§ Organ – organ internalnya berbentuk filamen dan tergantung dalam rongga tubuh cacing yang berisi cairan.
§ Sistem pencernaannya berupa tabung lurus panjang dengan sebuah mulut yang dikelilingi oleh 6 bibir dan anus dibagian posterior.
§ Sistem syaraf terdiri dari cincin syaraf yang mengelilingi istmus esofagus dan tersusun dari sejumlah ganglia dan syaraf.
§ Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang berakhir pada vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah 1/3 bagian anterior tubuh.
§ Sistem reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang berakhir di duktus ejakulator di kloaka.
§ Pada cacing jantan terdapat spikula yang homolog dengan penis dan bursa kopulatriks yang berfungsi untuk memegang betina ketika perkawinan.
II. Gambar dan Keterangan
III. Pembahasan
A. Epidemiologi
Ada dua fenomena yang mempengaruhi siklus hidup normal nematoda yang mempunyai arti penting secara biologi dan epidemiologi:
1. Hypobiosis : suatu fenomena berhentinya pertumbuhan cacing nematoda pada titik tertentu dari perkembangannya sebagai parasit. Umumnya terjadi pada saat cuaca dilingkungan tidak mendukung untuk kelangsungan hidup cacing di luar tubuh induk semang. Pada daerah dingin terjadi pada musim dingin sedangkan pada daerah tropis terjadi pada musim panas yang lama. Pada sebagian besar jenis cacing, hipobiosis terjadi pada tingkat L4.
2. periparturient rise, spring rise (penigkatan jumlah telur dalam feses). Menigkatnya jumlah telur dalam feses induk semang disekitar waktu kelahiran. Terutama pada domba, kambing, dan babi. Penyebabnya adalah turunnya tingkat kekebalan induk semang yang berhubungan dengan berubahnya kadar hormon laktogenik, prolaktin. Turunnya tingkat immunitas spesifik terhadap parasit karena meninnginya kadar prolaktin ( karena melahirkan ). Kejadian ini akan normal kembali bila kadar prolaktin turun ke normal setelah hewan berhenti menyusui. Akibat dari kejadian ini adalahkerugian pada hewan yang berlaktasi, dan timbulnya penyakit klinis pada hewan – hewan muda.
B. Siklus Hidup
Siklus hidup nematoda mengikuti pola standar terdiri dari telur, empat stadium larva, dan dewasa. Larvanya kadang – kadang disebut juvenil karena mereka mirip dengan cacing yang dewasa, yakni mereka berbentukcacing juga. Menyilih (ekdisis) terjadi setelah setiap stadium larva. Telur kadang – kadang menetas pada saat larva berkembang di dalamnya, dengan demikian stadium infektif mungkin telur atau mungkin larva, bergantung kepada jenis nematoda. Apabila stadium infektifnya adalah larva, biasanya larva tersebut disebut sebagai stadium ketiga (L3). Jika stadium infektif adalah telur, larva yang dikandung biasanya larva stadium kedua (L2). Siklus hidupnya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (memiliki induk semang perantara). Di dalam induk semang definitif larva tersebut berubah menjadi cacing dewasa dan menetap serta berkembang biak di dalam tubuh induk semang tersebut.
C. Kunci Identifikasi
Nematoda dapat diidentifikasi dari cacing lainnya adalah berdasarkan bentuknya yang silindris, tidak bersegmen dan meruncing dikedua ujungnya. Pada bagian posterior dari kebanyakan cacing nematoda jantan terdapat spikulum bursa kopulatriks, sehingga perbedaan antara cacing jantan dan betina sangat jelas.
IV. Daftar Pustaka
Levine, Norman D. 1977. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Gandahusada, Srisasi.dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran . Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Koesdarto Setiawan, 2007, Penyakit Parasitik Pada Pengembangan Sapi Madura. Info
Vet, Jakarta Selatan.
Kamaruddin, Mufti.dkk.2009. Parasitologi Veteriner. Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nematologi
http://www.google.com/nematoda/image
iki piye toh bang?
BalasHapuskok di daftar pustakanya gk ada nama Yudha, tapi kok di tinjauan pustakanya tertera nama yudha?
nah looooo...