Sabtu, 19 Januari 2013

Tahukah Anda Salmonella Pullorum (Penyebab Berak Kapur pada Unggas)?


Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.[1] Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.[2] Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.[3][4]
Patogenitas

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases).[5] Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan.[5] Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis.[5] Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella.[5] Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.[5] Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis.[6] S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.[6] Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian.[6] S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.[6] Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.[7] Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.[7]
[sunting]Media tumbuh

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA).[8] Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar.[9] HEA merupakan media selektif-diferensial.[8] Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.[8] Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi.[8] Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja.[9] Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.[9]

Pulorum adalah suatu penyakit infeksi  kronis pada ayam yang disebabkan oleh Salmonella Pullorum.  Penyakit ini untuk pertama kali dilaporkan oleh Rettger padaa tahun 1900. Biasanya menyerang anak ayam sampai dengan umur 4 minggu.
Masa tunas terjadi antara 4-5 hari tetapi bakteri ini dapat bertahan hidup sampai 1 tahun di kandang ayam. Infeksi  dapat terjadi di berbagai jenis unggas terutama ayam, entok dan kalkun.
Ayam dibawah usia 14 hari yang terserang penyakit ini dapat berakibat fatal, tetapi untuk ayam yang berusia lebih tua lebih tahan terhadap penyakit ini. Ayam yang sembuh menjadi embawa sifat dan seumur hidupnya mengeluarkan bibit penyakit.


Penularan
Penularan terjadi pertama dari telur dan penyebarannya berlangsung di pengeraman, penetasan, kotak anak ayam, kandang yang tercemar, peralatan, burung liar dan limbah peternakan.

Gejala klinis
Dalam keadaan akut dapat terjadi sebelum lesi berkembang. Kematian mulai terjadi pada umur ayam 5-7 hari dan puncaknya pada 4 -5 hari setelah terjadi infeksi. Tanda tanda serangan pada anak ayam adalah merunduk, murung, mengantuk, menggigil, dan diare. Lutut membengkak, lemah dan pantat kotor dengan bulu yang lengket. Tinja putih seperti kapur dan ada kalanya berwarna hijau. Pernafasan megap-megap. Ayam yang selamat menjadi subklinis dan sebagai pembawa sifat dengan infeksi terbatas pada indung telur.

Pencegahan
Melakukan sanitasi kandang dengan antiseptic, membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang.
Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam, jumalh ayam dalam kandang tidak terlalu padat, litter jangan berdebu dan terlalu padat. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan system all in all out.
Peralatan peternakan (tempat makan, tempat minum, dll) dicuci bersih. Rendam minimal 30 menit dengan antiseptic minimal 4 hari sekali.
Pengobatan
Tidak ada obat yang memberikan hasil memuaskan , tetapi pemberian obat membantu menekan jumlah kematian. Therapy, Medoxy, Sulfamix, Koleridin, Tetra-Chlor, Respiratek, Neo Meditril atau Trimezyn ( pilih satu dan berikan sesuai dengan aturan pakai) merupakan pilihan obat yang dapat menekan kematian akibat pullorum. Setelah pemberian obat selesai, berikan Vita Stress 4-5 hari untuk membantu penyembuhan penyakit




Referensi

^ (Inggris) Ryan KJ, Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). McGraw Hill. ISBN 0-8385-8529-9.
^ (Inggris)Giannella RA (1996). "Salmonella". di dalam Baron S et al (eds.). Baron's Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). Univ of Texas Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1.
^ Salmonella di Who Named It
^ Daniel Elmer Salmon di Who Named It
^ a b c d e (Inggris) FSIS. 2006. foodborne illness and disease. [terhubung berkala] http://www.fsis.usda.gov/Fact_Sheets/Foodborne_Illness_&_Disease_Fact_Sheets/index.asp [11 Apr 2008].
^ a b c d (Inggris) Maloy S. 1999. Salmonella Information. [terhubung berkala]. http://www.Salmonella.org/info.html [11 Apr 2008].
^ a b (Inggris) CDC. 2006. Division of Bacterial and Mycotic Diseases-Salmonellosis.[terhubung berkala] http://wwwn.cdc.gov/travel/contentDiseases.aspx#salm [11 Apr 2008].
^ a b c d (Inggris) King S, Metzger WI. 1968. A new plating medium for the isolation of enteric pathogens. I. hektoen enteric agar. Appl Microbiol 16(4):577-578.
^ a b c (Inggris) Taylor WI, Schelhart D. 1970. Isolation of Shigellae. 8. Comparison of xylose lysine deoxycholate agar, hektoen enteric agar, Salmonella-Shigella agar, and eosin methylene blue agar with stool specimens. Appl Microbiol 21:32-37.

Senin, 14 Januari 2013

Sapi Perah, Jenis dan Keunggulannya


SAPI PERAH

Sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu apabila tingkat nutrisi baik, dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, serta 72 minggu bila tingkat nutrisi rendah. Panjang siklus estrus rata-rata 20 hari, dan 21 sampai 22 hari untuk sapi dewasa. Periode estrus rata-ratanya adalah 18 jam untuk sapi perah ataupun sapi pedaging dan sedikit lebih pendek untuk sapi heifer sekitar 12-24 jam. Ovulasi normal terjadi kira-kira 10-15 jam setelah birahi.
Waktu kawin kambing PE yang baik pada usia 15–18 bulan, karena pada waktu itu alat reproduksinya sudah berkembang sempurna. Pendapat lain juga mengatakan dewasa kelamin pada kambing PE umur sekitar 10 bulan, kemudian dapat dikawinkan pada umur 10-12 bulan dengan berat badan sekitar 55 kg. Lama birahi sekitar 35 jam, siklus birahi berselang selama 3 minggu. Pada saat birahi merupakan saat yang tepat untuk dikawinkan, dengan tanda-tandanya yaitu: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan diam bila dinaiki. Masa bunting sekitar 5 bulan, serta masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.

Fisiologi Laktasi
Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran susu dari sapi yang diperah secara kontinyu yang ditujukan untuk menghasilkan susu. Pada sapi perah, kelenjar susu sapi betina mulai berkembang pada waktu kehidupan fetal. Puting-puting susunya terlihat pada waktu dilahirkan. Bila hewan betina tumbuh, susunya membesar sebanding dengan besarnya tubuh. Sebelum hewan mencapai dewasa kelamin, maka hanya terjadi sedikit pertumbuhan jaringan kelenjar. Bila sapi betina mencapai dewasa kelamin, maka estrogen yang dihasilkan oleh folikel dalam ovarium akan merangsang perkembangan sistema duktus yang besar.
Hormon-Hormon Laktasi
Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
Estrogen: menstimulasi sistem saluran mammae untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
Follicle stimulating hormone (FSH): perkembangan folikel yang bertujuan untuk menghasilkan homon estrogen
Luteinizing hormone (LH): berperan dalam proses ovulasi
Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil pada masa kebuntingandan sekresi air susu dari kelenjar
Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras susu menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down.

Milk Let Down
Peristiwa milk let down adalah suatu peristiwa dimana terjadinya proses pengeluaran air susu dari induk kepada anaknya. Proses ini diawali dengan adanya rangsangan dari mulut anak atau pedet terhadap ambing induknya, kemudian rangsangan ini diantarkan oleh pembuluh saraf ke sistem saraf pusat. Selanjutnya SSP menghasilkan oksitosin dan yang disekresikan ke dalam pembuluh darah. Kemudian menuju organ target yaitu alveol-alveol yang ada di ambing yang merangsang agar alveol ambing tersebut mengeluarkan air susu untuk pedet tersebut. Peristiwa ini akan terus berlanjut dan berulang selama adanya rangsangan pada puting dari ambing si induk.





Tabel 1. Produksi dan Kadar Lemak Susu Beberapa Bangsa Sapi Perah
Bangsa Produksi susu Kadar lemak
kg/tahun .. % ..
Fries Hollands
Brown Swiss
Ayrshire
Guernsey
Jersey 5.750-6.250
5.000-5.500
5.000
4.500
4.000 3,7
4,0
4,0
4,7
5,0
Sumber: Blakely dan Bade (1985)

Tabel 2. Komposisi Susu Mamalia
Komposisi Sapi Kambing Manusia Domba Kuda Babi
%
Air Lemak
Laktosa
Protein
Abu 87,70
3,61
4,65
3,29
0,75 86,0
4,6
4,2
4,4
0,8 88,2
3,3
6,8
1,5
0,2 81,3
6,9
5,2
5,6
1,0 89,8
1,2
6,9
1,8
0,3 81,9
6,6
5,5
5,1
0,7
Sumber: Ensminger (1991)

Tabel 3. Komposisi Susu Berbagai Bangsa Sapi Perah
Bangsa Lemak Protein Laktosa Abu
%
Ayrshire
Brown Swiss
Guernsey Fries Hollands
Jersey   4,07
4,08
5,03
3,62
5,16 3,47
3,57
3,82
3,27
3,82 4,69
5,04
4,91
4,86
4,91 0,68
0,73
0,74
0,68
0,74
Sumber: Gravert (1987)


Komposisi Susu Sapi
TIAP 100 Gram KOMPONEN SUSU SAPI adalah:
Kalori (Kkal) 61,00
Protein (g) 3,20
Lemak (g) 3,50
Karbohidrat (g) 4,30
Kalsium (mg) 143,00
Fosfor (g) 60,00
Besi (g) 1,70
Vitamin A (SI) 130,00
Vitamin B1 (tiamin)(mg) 0,03
Vitamin C (mg) 1,00
Air (g) 88,33

Kurva Laktasi Sapi Perah


Daftar Pustaka
Isdarmady (2010). Siklus Reproduksi pada Sapi. http://kamicintapeternakan.blogspot.com/2010/08/siklus-estrus-pada-sapi.html.
Alfarisi (2008). Fisiologi laktasi. http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html.
Sutanto (2010). Komposisi Susu Sapi. http://nto-kun.blogspot.com/2010/05/komposisi-susu-sapi.html.
Djaja, Willyan, S. Kuswaryan, U.H. Tanuwira, L. Khairani (2006). Integrasi tanaman kaliandra (caliandra, sp) dalam kawasan pengembangan peternakan sapi perah sebagai upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi susu. Laporan penelitian.   Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.