Senin, 13 Desember 2010

RADANG LIMPA (ANTHRAX)

RADANG LIMPA
Sinonim: Antrak, Anthrax

    Radang limpa merupakan penyakit akut disertai demam yang ditandai dengan bakterimia yang bersifat terminal pada kebanyakan spesies hewan. Meskipun radang limpa merupakan penyakit ruminansia dan kuda namun hewan tersebut dapat juga menyerang hewan-hewan menyusui lainnya secara luas.
Etiologi
    Radang limpa disebabkan oleh Bacillus anthracis, yang hanya merupakan penyakit hewan menyusui. Kuman tersebut bersifat Gram positif, berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Kuman yang sedang menghasilkan spora memiliki garis tengah 1 mikron atau lebih dan panjangnya 3 mikron atau lebih.
Epidemiologi
    Meskipun antrak terdapat diseluruh dunia namun pada umumnya terbatas pada beberapa wilayah saja. Dibandingkan dengan wilayah yang biasa terserang oleh penyakit radang paha (Black leg), wilayah yang terserang radang limpa biasanya lebih bersifat terbatas. Daerah-daerah yang terserang radang limfa biasanya memiliki tanah yang bersifat alkalis dan kaya bahan-bahan organik.
    Banyak daerah peternakan yang diketahui merupakan daerah penyakit radang limpa tidak mengalami wabah dalam jangka waktu yang panjang, meskipun tidak dilakukan vaksinasi. Apabila terjadi perubahan ekologik, misalnya karena datangnya musim hujan, spora basil yang semula bersifat laten akan berkembang hingga terjadi penigkatan populasi kuman dan selanjutnya kuman-kuman dapat menyerang ternak di tempat tersebut. (Van Ness,1961).
    Sumber utama infeksi kuman adalah tanah dan air. Dalam beberapa kejadian penyakit terbukti bahwa pakan yang tercemar oleh spora dari kuman, terutama tepung yang ditambahkan ke dalam ransum, menyebabkan terjadinya wabah antrak.  Kebanyakan kasus antrak terjadi pada waktu ternak digembalakan di padang rumput. Padang rumput yang baru saja menerima air berlebihan dari daerah lain merupakan padang penggembalaan yang berbahaya. Pada umumnya kuman masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan. Selain itu kuman dapat memasuki tubuh melalui saluran pernafasan dan penetrasi kulit penderita.
    Spesies sapi, domba, dan kuda biasanya yang paling banyak menderita. Babi memiliki ketahan yang lebih dan bila terinfeksi hanya berbentuk sebagai radang tekak (faringeitis) yang tidak fatal. Hewan pemakan daging dapat menderita radang limpa. Hewan-hewan terakhir tersebut mungkin mendapatkan daging dari bangkai, atau diberi makan dikebun binatang dengan daging-daging yang tidak diketahui berasal dari penderita radang limpa.
    Hewan yang mati karena antrak biasanya menunjukkan bakterimia yang hebat. Pada saat kematian populasi kuman tersebut terdiri kuman berbentuk batang yang bersifat vegetatif yang pada bangkai yang tidak dibuka akan mengalami autolisis. Oleh infasi kuman-kuman pembusuk (Cavader bacilis) kuman radang limpa tidak mampu bertahan dan akan mati. Pada waktu bangkai dibuka untuk pemeriksaan, oksigen yang ada di udara akan segera mengubah kuman-kuman labil tersebut menjadi spora yang memiliki ketahanan yang tinggi. Dengan pertimbangan tersebut pemeriksaan bedah bangkai penderita antrak tidak dibenarkan dan dilarang.
Patogenesis
    Kebanyakan infeksi terjadi melalui selaput lendir, selanjutnya kuman akan memasuki cairan limfe dan kemudian berakhir di dalam darah. Bakterimia yang terjadi berlangsung dengan hebatnya dan di dalam darah perifer dapat ditemukan kuman sebanyak lebih kurang 1 milyard sel kuman dalam tiap mililiter darah (Keppie, 1995). Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan coba, hewan coba tersebut dapat dibebas-kumankan dengan penyuntikan streptomisin apabila tingkat bakterimianya masih 1:300 dari tingkat bakterimia yang ditemukan sebelum penderita mengalami kematian. Meskipun demikian, dalam beberapa hari hewan coba tersebut akan mengalami kematian akibat shock sekunder dan kegagal dari ginjal. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kematian hewan tidak disebabkan karena terjadinya penutupan kapiler oleh bentukan-bentukan gumpalan kuman dalam jumlah yang besar.
Gejala Klinis
    Pada penyakit yang berlangsung perakut, domba dan sapi banyak yang mengalami kematian dalam waktu singkat. Proses yang berlangsung perakut tersebut biasanya ditandai dengan kelemahan mendadak, demam, sesak nafas, kekejangan, dan keluarnya darah dari lubang-lubang tubuh. Kematian berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari. Beberapa penderita dapat mengalami keluron dan mungkin akan mengalami pembengkakan oedematous yang lunak dan panas pada jaringan di bawah kulit, terutama pada bagian bawah perut dan pinggang. Lesi tersebut tidak mengalami suara krepitasi dalam palpasi, karena kuman bacillus antracis tidak membentuk gas. Kadang-kadang juga deitemukan tinja yang berdarah.
Pemeriksaan patologi-anatomi
    Karkas hewan penderita radang limpa dengan cepat mengalami pembusukan tanpa terjadinya proses rigor mortis. Darah bersifat sianotik dan biasanya ditemukan pada lubang-lubang dari tubuh. Berbeda dengan kematian yang disebabkan oleh radanga paha, darah jantung tidak mengalami penggumpalan. Kebengkakan oedem serta perdarahan terdapat di dalam jaringan di bawah kulit, serosa dan selaput lendir. Hati, limpa dan kelenjar-kelenjar limfe membengkak secara menyolok. Limpa sapi mengalami kongesti secara akut dan berisi darah yang sianotik dan mengandung kuman dalam jumlah besar. Pada hati dan limpa mungkin ditemukan banyak noda nekrosis yang bersifat akut dan berukuran kecil.

Diagnosis
    Penentuan diagnosis didasarkan pada adanya riwayat penyakit radang limpa di suatu kandang peternakan. Kebanyakan kejadian terdapat di dalam suatu kandang yang telah diketahui sering mengalami wabah penyakit. Mungkin saja kejadian yang terakhir telah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu dan tidak diketahui oleh pemilik peternakan yang sapinya sedang mengalami penyakit. Karena bedah bangkai pada penderita tidak dibenarkan, kadang-kadang satu daun telinga dipotong dan dikirim kelaboratotium untuk pemeriksaan, atau mungkin dengan pengambilan darah dari vena jugularis dan kemudian dibuat dua buah preparat apus tanpa fiksasi. Dua preparat tersebut dikirimkan dengan dibatasi lidi atau batang korek api yang diletakkan berhadap-hadapan. Sisa darah yang ada dalam tabung injeksi dapat pula dikirimkan ke laboratorium. Bahan pemerikasaan yang dikeringkan lebih disukai, karena apabila pengiriman bahan tersebut terlambat kuman-kuman antrak akan bersaing dengan kuman-kuman pembusuk yang berkembang biak setelah kematian penderita. Apabila dipandang perlu pengiriman sampel darah, dapat dilakukan dengan jalan menempelkan darah pada 1 atau 2 batnag kapur tulis. Dalam beberapa keadaan bangkai hewan-hewan pemamah biak terpaksa dibuka dengan cara bangkai diletakkan pada bagian sebelah kanannya, hingga limpa dapat segera diketahui pada irisan yang pertama pada dinding perut. Sepotong limpa yang disimpan di almari es merupakan bahan pemeriksaan yang bagus, terutama apabila potongan limpa juga disertai dengan preparat apus darah. Setelah sampai di laboratorium  preparat darah apus segera diperiksa. Kuman yang bersifat Gram-positif berbentuk batang berukuran besar dan jumlah yang banyak akan segera terlihat. Berbeda dengan clostridia yang berkembang menjadi spora pada hewan-hewan yang hidup, preparat apus yang segar yang berasal dari penderita antrak tidak mempunyai spora. Pada preparat darah apus tersebut biasanya juga banyak terdapat kuman lain seperti clostridia dan kuman-kuman pembusuk lainnya.
    Kuman antrak biasanya berbentuk batnag yang terpisah satu dengan yang lain, berukuran besar dan tercampur dengan kuman-kuman yang berbentuk rantai yang terdiri dari 2, 3 atau 4 kuman. Kuman kadang-kadang mempunyai ujung yang memendek dan seluruh rantai dibungkus oleh selubung (kapsul) tunggal. Berbeda dengan pada pengecatan Gram, pada pengecetan Giemsa dan Wright selubung nampak pucat. Kebanyakan kuman Gram positif besar yang terdapat dalam preparat apus adalah kuman klostridia, yang dalam pembiakan rutin tidak akan tumbuh karena tidak adanya suasana aneorob. Pada pembiakan kuman antrak biasanya ditemukan yang cepat tumbuh, dan tidak sangat tergantung pada suasana anaerob. Biakan kuman yang berumur lebih kurang 24 jam dapat digunakan untuk memastikan penyakit. Dalam biakan tersebut koloni antrak bersifat non hemolitik, atau bersifat hemolitik ringan saja, sedangkan kebanyakan kuman yang tergolong dalam genus Bacillus memiliki sifat hemolitik yang kuat. Di bawah sinar lampu, efek “ground glass” dari koloni kuman dan antrak dapat segera dikenali, sedangkan gambaran kepala dilihat dengan bantuan sebuah kaca pembesar . di laboratorium hewan percobaan mencit dan marmot lebih banyak digunakan. Setelah inokulasi hewan-hewan tersebut akan mati dalam waktu sehari atau lebih. Kaena kuman pencemar, misalnya Cl. Septicum, dapat membunuh hewan percobaan kurang dari 24 jam, untuk meyakinkan adanya kuman antrak diperlukan adanya pembiakan kuman yang berasal dari limpa hewan percobaan terserbut. Cara diagnosis penyakit yang mutakhir meliputi “phage testing”. Uji presipitin Ascoli yang banyak digunakan beberapa tahun yang lalu, pada waktu ini sudah jarang dilakukan.
Terapi
    Banyak penderita antrak dilapangan ditemukan mati atau dalam keadaan sekarat. Apabila seekor hewan penderita diketahui sakit mungkin pengobatan dengan antibiotik akan membuahkan hasil. Dibanding dengan penderita radang paha, prognosis antrak pada penderita yang non terminal lebih baik. Pengobatan dengan penisilin dan streptomisin, dalam dosis tinggi yang diberikan 2 kali sehari selam beberapa hari, biasanya membuahkan hasil yang bak. Demikian pula obat tetrasiklin telah terbukti efektif untuk mengobati penyakit antrak. Antiserum antrak yang populer pada masa yang lalu, meskipun waktu ini masih dibuat namun harganya mahal; penggunaan antiserum tersebut pada saat ini sudah sangat terbatas.
Pengendalian
    Dalam suatu wabah antrak mungkin dibenarkan untuk memindahkan hewan-hewan dari padang penggembalaan ke kandang-kandang yagn terpisah untuk pemeriksaan secara teliti sehari-hari. Riwayat tentang vaksin antrak merupakan riwayat yang panjang, dan meliputi bakteri yang aman, namun kurang memberikan perlindungan, sampai vaksin-vaksin yang efektif namun berbahaya. Vaksin yang sekarang banyak digunakan adalah vaksin spora avirulen dari stern yang memiliki keamanan dan efektivitas tinggi. Vaksin tersebut dipersiapkan dari kuman-kuman antrak yang tidak memiliki selubung. Vaksin tersebut merupakan vaksin hidup, sehingga dengan demikian wabah penyakit tidak boleh diatasi dengan kombinasi antara vaksinasi dengan penggunaan antibiotik seperti yang sering dilakukan terhadap wabah radang paha. Di daerah yang biasa terdapat penyakit radang limpa vaksinasi tahunan perlu dilakukan. Dengan adanya wabah antrak ancaman terhadap manusia juga mengkhawatirkan, sehingga hal ini akan menentukan pola penendalian penyakit tersebut. Berbagai negara mengeluarkan peraturan-peraturan tentang perdagangan air susu, telur dan hasil-hasil ternak lainnya yang berasal dari wilayah yang belum lama menderita penyakit radang limpa.
    Dalam pemberantasan penyakit yang sebab kematian hewan belum diketahui dengan segera, telah berlangsung perdagangan kulit yang berasal dari hewan yang mati. Dalam hal demikian penyidikan yang intensif dilakukan dan apabila perlu dilanjutkan dengan penghancuran tempat penyimpanan kulit-kulit tersebut dengan isinya. Bangkai hewan yang menderita antrak kadang-kadang dibakar, atau di tanam dengan gamping. Peraturan-peraturan tentang pengendalian penyakit radang limpa biasa diberikan dlam bentuk peraturan yang mungkin berbeda-beda di antara negara yang bertetangga.                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

salam veteriner...