Kamis, 17 Februari 2011

Brucellosis (penyakit Keluron) Zoonosis yang dapat Mengakibatkan Keguguran pada Kaum Ibu

Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau pemyakit Bang. Sedangkan pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disevut Demam Malta. Bruce (1887) telah berhasil mengisolasi jasad renik penyebab dan ditemukan Micrococcus melitensis yang selanjutnya disebut pula Brucella melitensis.

Brucellosis merupakan penyakit beresiko sangat tinggi, kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil. Oleh karena itu alat-alat yang telah tercemar bakteri brucella sebaiknya tak bersentuhan langsung dengan manusia. Sebab penyakit ini dapat menular dari ternak ke manusia dan sulit diobati, sehingga brucellosis merupakan zoonosis yang penting. Tetapi manusia dapat mengkonsumsi daging dari ternak-ternak yang tertular sebab tidak berbahaya apabila tindakan sanitasi minimum dipatuhi dan dagingnya dimasak. Demikian pula dengan air susu dapat pula dikonsumsi tetapi harus dimasak atau dipasteurisasi terlebih dahulu.

Pada ternak kerugian dapat berupa kluron, anak ternak yang dilahirkan lemah, kemudian mati, terjadi gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporee atau permanen. Kerugian pada sapi perah berupa turunnya produksi air susu.

bakteri brucella merupakan bakteri intraseluler berbentuk batang, tidak bergerak, mempunyai ukuran 0,2-0,5 mikron dan lebar 0,4-0,8 mikron, dan Gram negatif yang dapat diwarnai dengan metode Stamp dan Koster. bkteri ini pertama sekali ditemukan oleh Bruce (1987), kemudian Bang dan Stribolt (1897) mengisolasi jasad renik ynag serupa dari sapi yang menderita keluron menular dan diberi nama Bacillus abortus bovis.  pada manusia dikenal sebagai Microccus militensi.

Di Indonesia brucellosis tersebar luas di Pulau Timor (NTT), Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Untuk Pulau Bali saat ini merupakan daerah bebas Brucellosis karena adanya larangan untuk memasukkan sapi jenis lain terkait dengan kebijakan pemerintah Bali untuk memurnikan sapi Bali.

brusellosis ditularkan melalui kontak langsung dengan kotoran hewan yang mengandung kuman infeksi, meminum susu sapi atau kambing yang tidak di pasteurisasi, mengkonsumsi hasil olahan susu (mentega dan keju) yang mengadung bakteri hidup. sedangkan untuk penularan dari manusia ke manusia penyakit ini jarang terjadi.

pada sapi, gejala klinik yang mencolok adalah terjadinya abortus, terutama pada kebuntingan tua (7-8 bulan). abortus umumnya terjadi hanya satu kali pada kebuntingan yang berurutan. meskipun demikian induk yang mengalami abortus tersebut masih dapat membawa kuman B. abortus hingga 2 tahun. hewan yang mengalami infeksi kronis dapat menderita hygroma (pembesaran kantung persendian akibat berisis cairan atau fibrinopurulen). pembesaran kantung persendian carpus atau tarsus sangat mencolok sehingga dapat dilihat dari jauh. cairan Hygroma mengandung banyak sekali bakteri B. abortus sehingga merupakan spesimen yang baik untuk isolasi B. abortus. pada anjing brucellosis merupakan penyebab utama sterilisitas pada pejantan dan abortus pada betina. anjing yang menderita brucellosis akut mengalami kebengkakan kelenjar prefemoralis dan submandibularis. pada anjing jantan, brucellosis menyebabkan orchitis sehingga testis terlihat membengkak beberapa lama, kemudian terjadi atrofi, testis terlihat mengecil karena sel-sel pembentuk spermatozoa mengalami kerusakan.

Diagnosa:
1. Serum Aglutination Test
2. Pemeriksaan bakteriologik
3. Card Test
4. Milk Ring Test
5. Plate Aglutination Test
6. Rose Bengal Test
7. Complement Fixation Test

Tidak ada obat yang mujarab untuk Brucellosis. oleh karena itu hanya penanggulangannya yang dapat dilaukan. dianjurkan untuk mempergunakan vaksin hidup pada anak sapi perah umur 3-8 bulan. Dengan jalan ini, diharapkan nanti pada saat sapi menghasilkan susu, titer antibodinya telah jauh turun di bawah 1:200 atau hilang sama sekali. untuk sapi potong dianjurkan untuk memvaksin anak sapi pada umur 3 atau 10 bulan atau lebih dengan harapan pada saat pemotongan, serologik mereka telah negatif.

Referensi
http://www.docstoc.com/docs/69839134/BRUCELLOSIS
http://webcache.googleusercontent.com
http://www.artikata.com/arti-24201-brucellosis.php
http://www.duniaveteriner.com

Senin, 07 Februari 2011

Toksoplasmosis Adalah Penyakit Zoonosis Yang Perlu Diwaspadai Oleh Kaum Wanita


Apakah anda pencinta hewan-hewan kesayangan, terutama kucing? apakah anda memperhatikan kebersihannya? ataukah hanya sekedar memeliharanya dirumah? dalam artian sekedar memperhatikan kecukupan makanannya. ternyata hal terebut adalah sebuah tindakan yang terbilang tidak baik dan bahkan dapat menimbulkan penyakit baik pada si kucing dan terlebih pada kita selaku pemilik hewan. karena apa? itu semua karena kebersihan kucing kesayangan kita sangat berkaitan dengan penyebaran penyakit toksoplasmosis yang mendapat predikat sebagai penyakit zoonosis yang artinya adalah "penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia". dan penyakit ini sangat berbahaya bagi para wanita karena dapat menyebabkan kemandulan, kesulitan dalam melahirkan dan melahirkan bayi yang cacat.

Dalam tulisan kali ini kita akan membahas sedikit tentang penyakit zoonosis ini (toksoplasmosis). tentang penyebaran, siklus hidup, pengobatan, dan pencegahannya.

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang  dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini  disebabkan oleh sporozoa yang dikenal  dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak menginfeksi manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak  memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila  penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester  ketiga  dapat  mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi  penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan  peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang  disebutkan  di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk  tertular penyakit toxoplasmosis  tidak  hanya  terjadi pada orang yang memelihara  kucing atau anjing tetapi  juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan  makanan dari daging setengah matang  atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
Dewasa  ini setelah siklus hidup  toxoplasma ditemukan maka usaha  pencegahannya diharapkan lebih mudah  dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka  pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis.  Dengan  jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang  disebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin (Hiswani,2003).

Siklus hidup toxoplasma ada dua fase, yaitu fase intestinal dan ekstraintestinal. Fase intestinal hanya terjadi dalam intestinum kucing. Enzim pencernaan dihasilkan toxoplasma untuk menembus dinding intestinum. Reproduksi parasit menghasilkan berjuta-juta oocyst yang tidak infeksius, yang akan diekskresikan bersama feses. Di luar tubuh kucing, oocyst mengalami sporulasi (sporogony) yang terjadi paling lama 21 hari, dan menghasilkan oocyst infeksius. Pada daerah dengan suhu panas dan kelembaban tinggi, oocyst dapat tahan hidup sampai satu tahun. Fase ekstraintestinal dapat terjadi pada semua hewan atau manusia yang terinfeksi. Pada fase ini, bentuk tachyzoite (trophozoite) dapat menyebar ke berbagai organ melalui sirkulasi. Dalam jaringan akan berubah menjadi zoithocyste (bradyzoite) yang dapat menjadi persisten selama hidup, menjadi bentuk infeksi khronik atau laten (Murwani,2006).

penyebaran toksoplasmosis dapat terjadi dalam berbagai cara, oocyst dari toksoplasmosis dapat menginfeksi peroral melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses hewan yang terinfeksi, infeksi langsung melalui tangan yang terkontaminasi, atau perinhalasi (terhirup). tropozoit dapat hidup di dalam sirkulasi darah, sehingga penyebarannya dapat melalui transfusi darah, transplantasi organ, air liur, dan air susu, sedangkan stadium bradizoit yang terdapat di dalam jaringan atau organ penyebarannya dapat melalui talur dan daging yang kurang matang, atau melalui trasnplantasi organ. toksoplasmosis juga dapat menginfeksi secara vertikal yaitu dari sang ibu ke janinnya (transplasental).

Infeksi aktif pada ibu hamil, dapat menyebabkan abortus atau kelainan kongenital pada bayinya. Infeksi pada trismester 1 atau 2 jarang terjadi, tetapi menimbulkan gejala yang paling berat. Kehamilan dapat mengalami abortus atau bayi lahir premature. Sebanyak 75% bayi lahir tanpa gejala, tetapi penyakit tetap bersifat progresif apabila tidak diterapi; 17% terlihat gejala hydrocephalus, khorioretinitis, pengapuran intrakranial; 8% mengalami kerusakan sistem saraf pusat, dan anak mengalami retardasi mental dan fisik. Infeksi toxoplasma pada trismester 3 paling sering terjadi, dan gejalanya sangat ringan atau tidak menimbulkan gejala yang berarti. Wanita muda yang pernah terinfeksi sebelum hamil tidak akan menularkan toxoplasma ke fetusnya apabila hamil, kecuali apabila pada titer antibodinya ditemukan titer tinggi IgM (bukan IgG). Pada individu yang pernah terinfeksi toxoplasma akan memperoleh long-live immunity terhadap reinfeksi, kecuali pada individu immunocompromised, toxoplasmosis dapat menjadi laten.

Diagnosa toxoplasma sulit ditentukan apabila hanya berdasar gejala klinis, karena gejalanya sering mirip dengan gejala penyakit lainnya (non-patognomonik). Gold standard diagnosis untuk toxoplasmosis sampai sekarang adalah pengukuran titer antibodi. Ditemukannya IgM merupakan petanda infeksi akut, baru saja terjadi dan merupakan bentuk infeksi aktif. IgG merupakan petanda infeksi telah berlangsung lama atau khronis.

beberapa tindakan pencegahan infeksi yang di anjurkan adalah:
1. memasak makanan dengan benar, 100C selama 15-30 menit dapat mematikan oocyist.
2. penggaraman, pengasapan, pengasaman tidak dapat membunuh oocyist.
3. lalapan baiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dimakan
4. cuci tangan sebelum makan
5. Pemeliharaan kucing secara baik: buang/bakar kotoran sebelum kista mengalami sporulasi (sebelum 4 hari); bakar semua barang terkontaminasi kista
6. Pendonor darah/organ sebaiknya dilakukan screening test untuk toxoplasma
7. Dilakukan pemeriksaan serologis pada wanita yang merencanakan hamil

8. Hewan atau individu yang terlihat sakit sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan/dokter.

Untuk terapi, obat yang biasanya dipergunakan adalah pyrimethamine yang dikombinasi dengan preparat sulfa. Obat tersebut toksik untuk kucing, sehingga biasanya diberikan dalam dosis kecil. Asam folat atau multivitamin dapat diberikan untuk memperbaiki kondisi tubuh. Kortikosteroid kadang diberikan dengan dosis yang sesuai, untuk menurunkan reaksi inflamasi. Obat lain yang sering digunakan adalah spiramisin, klindamisin.

referensi:
http://www.koranpdhi.com/buletin-edisi7/edisi7-toxoplasmosis.htm
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3671/1/fkm-rasmaliah7.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Toksoplasmosis

Selasa, 01 Februari 2011

Cara Merawat Anak Anjing

Anda memiliki anak anjing? atau memiliki niat untuk memiliki anak anjing? sebaiknya anda membaca artikel ini dahulu, mungkin dapat memberikan sedikit informasi tentang bagaimana cara merawat anak anjing.

Agar anak Anjing tumbuh dan berkembang dengan sempurna, diperlukan kemauan dan kesungguhan dengan mengajarinya beberapa latihan dan prosedur tertentu tentang cara bertingkah laku. Berikut ini adalah hal mendasar yang harus diperhatikan ketika Anda merawat anak Anjing :

Kesabaran dan kasih sayang yang lemah lembut
Memahami perilaku Anjing pada umumnya
Mengajarinya secara konsisten
Menciptakan aturan-aturan
Meluangkan waktu untuk bersama


Bermain

Setelah makan dan tidur, bermain adalah prioritas terpenting bagi anak Anjing, dan tentu saja bermain sangat baik untuk pertumbuhannya. Selain diri kita sendiri yang dianggap sebagai teman bermainnya, anak Anjing begitu menyukai bermain dengan bermacam-macam mainan (misalnya kaos kaki yang terikat untuk digigitnya). Mainan yang diberikan haruslah yang cocok untuk usia anak Anjing, dan Anda harus segera menggantinya begitu mainan telah rusak agar anak Anjing tidak menelan bagian atau potongan mainan yang telah rusak karena hal ini bisa membuat pencernaannya terganggu.

Semakin sering diri kita dan anak Anjing bermain bersama, ia akan menganggap Anda adalah hal terpenting baginya. Semakin sering ia ingin bersama dan menyenangkan Anda, semakin mudah ia untuk dikontrol.



Pujian dan hadiah

Anjing sangat suka diberi pujian dan dihadiahi sesuatu jika ia melakukan hal-hal seperti yang Anda inginkan. Cara ini akan membuat Anjing belajar untuk berperilaku baik. Di samping itu, memberi pujian dan hadiah merupakan cara yang cepat dan menyenangkan untuk melatih Anjing Anda.



Melatih agar patuh

Interaksi antara Anda dan anak Anjing kesayangan Anda haruslah gembira dan menyenangkan, karena itu menandakan Anda adalah sahabat terbaiknya. Karena ia menganggap Anda sahabatnya maka ia akan selalu berusaha untuk menyenangkan diri Anda. Buatlah suasana dimana anak Anjing bisa mendapatkan hadiah dari Anda karena melakukan hal-hal yang benar dan sesuai kemauan Anda, daripada membiarkan ia melakukan hal-hal yang tidak Anda sukai lalu Anda beri peringatan.

Tunjukkan padanya mana perilaku yang benar dan berikan hadiah ketika ia melakukannya dengan tepat. Peringatkan anak Anjing sambil berkata ’Jangan!’, ’Arghhh’, dengan nada marah jika ia melakukan hal-hal yang tidak Anda inginkan. Atau kejutkan dirinya dengan teriakan, geraman, dan menepuk kedua telapak tangan Anda dengan keras. Tatap dan pandangi terus sampai ia pergi menjauh. Hal penting lainnya adalah menyesuaikan tingkat latihan yang dibutuhkan bagi anak Anjing, jangan terlalu berlebihan namun juga tidak boleh kurang.



Merawat dan mengurus

Agar anak Anjing selalu merasa nyaman dan senang berada di dekat Anda, berikan perhatian lebih pada dirinya dengan cara memeluk dan membelai-belainya. Semakin sering diperlakukan seperti itu, dirinya makin memiliki perasaan tenang, sehingga jika suatu saat ia diajak ke dokter hewan ia tidak akan stres atau menggigit ketika dipegang-pegang. Di samping itu, bila anak Anjing terbiasa disentuh dan dibelai, akan timbul kepercayaan dirinya pada Anda dan anak Anjing akan lebih terbuka untuk menerima kehadiran orang lain atau keluarga terdekat Anda.



Kesehatan mulut

Begitu Anda memiliki anak Anjing, periksalah mulutnya, perhatikan apakah gusinya memiliki masalah dan gigi-giginya bersih dari karang gigi. Untuk membersihkan gusi dan giginya, mulailah dengan mengoleskan pasta gigi khusus Anjing pada jari tangan dan menggosok-gosokkannya. Setelah itu, Anda bisa membiasakan menggosok giginya memakai sikat gigi khusus untuk Anjing yang banyak tersedia di pet shop.

sumber: anjingkita.com

Senin, 31 Januari 2011

Hindari Pemberian Susu Berlaktosa pada Kucing Anda

Mungkin selama ini kita sering keliru nih, ketika menemukan seekor anak kucing kita sering memberinya susu formula. Ternyata hal ini adalah sebuah tindakan yang salah.

Oleh Bobby Sant

Susu identik dengan anak kucing. Banyak pemula yang hanya memberikan susu sebagai makanan pada anakan kucingg yang baru dimilikinya. Susu memang makanan padat nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh anakan kucing yang belum bisa memakan makanan padat yang dimakan oleh kucing dewasa. Tapi tahukah anda bahwa tidak semua susu dapat dicerna oleh kucing?

Susu yang tidak dapat dicerna oleh kucing adalah susu yang berlaktosa seperti susu sapi segar ataupun produk sampingannya. Laktosa adalah gula susu yang merupakan salah satu komponen khas dalam susu bersama dengan trigliserida (lemak susu) dan kasein (protein susu). Kandungan laktosa sekitar 4,6% dalam susu. Untuk mencerna laktosa maka pencernaan harus menggunakan enzim laktase yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah untuk diserap ke dalam tubuh. Sayangnya, pencernaan yang dimiliki oleh kucing tidak dapat memproduksi enzim ini sehingga laktosa tidak terurai, butiran laktosa akan tertinggal di muka lubang usus halus dan menyerap banyak air dari sekitarnya sehingga menimbulkan diare. Ada kalanya sebelum keluar, ia tertahan di kolon dan diurai oleh bakteri penghasil gas (CH4, CO2, H2). Akibatnya, perut menjadi kembung, nyeri lambung, hingga diare.

Ada beberapa pencernaan kucing yang akhirnya menjadi kebal terhadap laktosa. kucing tidak mengalami diare ataupun perut kembung. Hal ini bukan berarti baik karena pencernaan kucing mengalami gangguan yang tidak terlihat sehingga fungsi kerjanya menurun. kucing tidak dapat mencerna dan menyerap nutisi dengan maksimal sehingga harus diberikan makanan dengan jumlah yang lebih banyak daripada yang seharusnya. Akibatnya kucing akan kehilangan berat badan dan malnutrisi.



Jadi, apakah pemberian susu harus dihindari?

Setiap jenis susu pasti mengandung laktosa, tetapi ada susu yang mengandung laktosa sehingga dapat dikonsumsi oleh kucing. Susu berlaktosa yang dapat dikonsumsi oleh kucing adalah susu yang mengandung protein alpha S1-casein yang rendah yaitu susu yang berasal dari hewan kambing. Diluar negeri, susu kambing memang sedang ditingkatkan dan dipromosikan karena tidak menimbulkan efek samping yang merugikan seperti susu sapi. Di Indonesia memang akan lebih sulit untuk mencari susu kambing tapi tidak perlu khawatir karena produsen makann hewan sudah menyiapkan susu bebas laktosa untuk kucing sehingga anda dapat memberikan susu kepada kucing kesayangan anda tanpa menyebabkan kucing anda mengalami diare. Sayangnya produk ini harganya sangat mahal karena diimpor dalam jumlah yang kecil. Alternatif lain adalah dengan memberikan susu formula untuk bayi manusia yang bebas laktosa dengan harga yang lebih terjangkau dan lebih beragam pilihannya. Susu formula bebas laktosa biasanya diberi kode FL (free lactose) pada kemasannya.

Memang, nutrisi yang dikandung susu formula bayi tidak sama nutrisi yang dibutuhkan oleh anakan kucing tapi setidaknya lebih baik daripada susu sapi yang mengandung protein alpha S1-casein sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan diare.

Selain pada susu, kandungan laktosa juga banyak digunakan pada produk makanan ringan untuk manusia seperti biskuit, sereal siap saji, keju, margarin, dan sebagainya sehingga perlu diperhatikan jika anda ingin memberikan makanan ringan untuk kucing anda. Lebih aman jika makanan ringan tersebut dibuat khusus untuk kucing yang diproduksi oleh produsen makanan hewan terkemuka karena walaupun mengandung susu, kandungan laktosanya sudah dihilangkan terlebih dahulu agar aman dikonsumsi oleh kucing anda.

materi referensi:
http://mediakucing.com/wmview.php?ArtID=3059

Senin, 24 Januari 2011

Hematuria pada Sapi Perah

Hematuria adalah suatu keadaan dimana pada urine sapi ditemui adanya darah segar atau urine berwarna merah. Penyebab dari Hematuria bermacam-macam, bisa akibat infeksi oleh parasit darah, keracunan, infeksi saluran urogenital, batu pada saluran kencing (urethra, vesica urinaria, ginjal) dan penyebab-penyebab lainnya . Gejala klinis yang paling mudah terlihat adalah ditemukannya darah segar atau urine berwarna merah pada saat sapi urinasi. Gejala lainnya adalah biasanya sapi menderita anemia, nafsu makan turun, kekurusan lemah, lesu dan gejala umum lainnya (Subronto dan Tjahajati .1989).

Kejadian biasanya yang terlihat dilapangan adalah sapi mengalami urinasi bercampur darah terjadi pada awal fiksi, kejadian ini kemungkinan adanya infeksi atau trauma pada saluran urogenital bagian bawah (vesica urinaria dan vagina). Pada kasus Hematuria di lapangan, pengobatan yang dapat diberikan adalah Intertrim® (trimetoprim 40mg, sulfadoxine 200mg/100ml) 10 ml IM, injectamin® (vitamin A, D3, E, B2, B6, B12, Nikosinamida, D-pantenol) dengan dosis 2,5-5 ml/ekor sapi atau Vitamin B-kompleks® (B1, B2, B6, Nikosinamida, D-pantenol) dengan dosis 5-10 ml/ekor sapi intra muskuler. Menurut Merck Veterinary Manual 5th edition, sebelum pengobatan pada kasus Hematuria sebaiknya ditentukan dulu penyebab utama dari Hematuria tersebut, sehingga pengobatan yang dilakukan efektif.

sumber: duniaveteriner.com

Awas Antibiotik dalam Daging Ternak

Masuknya residu antiobiotika ke dalam tubuh lewat konsumsi daging ternak harus diwaspadai karena dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap obat-obatan.

Peringatan tersebut diungkapkan beberapa pakar di China menyusul tren penggunaan antiobiotika pada hewan ternak yang makin meningkat. Laporan menyebutkan, hampir setengah dari antibiotika yang diproduksi di Negeri Tirai Bambu itu diberikan kepada ternak daripada digunakan untuk mengendalikan penyakit pada manusia.
Sekitar 210.000 ton antibiotika yang diproduksi di China setiap tahun, sekitar 97.000 ton di antaranya berakhir dalam tubuh hewan, ungkap Xiao Yonghong, profesor dari Institute of Clinical Pharmacology of Peking University, seperti dilansir koran People’s Daily.

Riset yang digagas Chinese Academy of Social Sciences menemukan, lebih dari 50 persen peternakan di Provinsi Shandong dan Liaoning selalu menambahkan antibiotika pada pakan hewan yang diternakkan.

"Penggunaan antibiotika sudah menjadi lumrah sekarang, yang berujung pada meningkatnya tingkat kematian hewan karena tingkat kekebalan mereka menjadi tertekan. Selain itu, antibiotika kerap merugikan kesehatan seseorang setelah diminum," ujar Qi Guanghai, kepala riset di Akademi Ilmu Agrikultur China.

"Perhatian harus diberikan pada masalah asupan antibiotika melalui konsumsi makanan sehari-hari, karena hal itu dapat meningkatkan kemungkinan bakteri kebal yang berkembang dalam tubuh manusia," ujar Huang Liuyu, direktur Institute for Disease Prevention and Control of the People's Liberation Army.

Salah satu contohnya adalah bayi seberat 650-gram yang lahir prematur di Guangzhou. Seperti dilaporkan surat kabar People's Daily, bayi ini mengidap resistensi terhadap tujuh jenis antibiotika, yang diduga kuat akibat dari kebiasaan ibunya setiap hari mengonsumsi daging dan telur yang mengandung residu atau ampas dari antibiotika.

Bulan lalu, di dataran China juga dilaporkan kasus pertama bakteri NDM-1, yang resisten pada hampir semua jenis antibiotika.

Dengan adanya fakta meningkatnya kasus resistensi obat yang terdeteksi di China dan belahan bumi lainnya, Huang mendesak pihak yang berwenang seharusnya memberi perhatian lebih pada masalah ini, dan melakukan regulasi dengan baik pada sektor ini.

"Di Eropa, antibiotika dilarang untuk ditambahkan pada makanan ternah sejak bertahun-tahun dan pelarangan yang sama akan diimplementasikan di Korea Selatan," ujar Tu Yan, periset dari Akademi Ilmu Agrikultur China.

China memperkenalkan antibiotika ke dalam industri peternakan dalam upaya pencegahan penyakit pada era 1990-an. Regulasi tentang tambahan obat-obatan diterbitkan oleh China pada 2002, dan lebih banyak fokus pada penggunaan dosis yang tepat dari jenis antibiotika berbeda pada pakan ternak. Namun regulasi tersebut tak mengatur tentang supervisi penjualan dan penggunaan antibiotika yang berlebihan.

Sumber: Kompas.com